Ilustrasi (Foto: co.cowlitz.wa.us)
"Sebaiknya sinusitis diobati dengan obat-obat medis, operasi adalah jalan terakhir," ujar Dr. Agus Subagio, Sp THT, dokter spesialis THT yang praktik di RS Puri Indah saat dihubungi detikHealth, Senin (8/3/2010).
Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang alergi terhadap pencetusnya misalnya debu atau udara dingin.
Gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan flu biasa yang sering terjadi pada musim hujan seperti pilek, hidung tersumbat, berlendir, demam dan sakit kepala (biasanya saat bangun tidur), ingus berwarna kuning atau kehijauan, nafas bau, batuk berlendir, demam tinggi (di atas 39 derajat Celcius), sakit gigi dan kurang sensitif terhadap rasa dan bau.
Kenapa orang yang sudah dioperasi kadang harus melakukan operasi lagi?
Asal tahu saja sinus merupakan penyakit yang gampang kambuh. Jika si penderita tidak pintar-pintar menjauhi pemicunya maka sinus bisa kumat lagi meskipun sudah dilakukan operasi.
"Gagalnya operasi sinusitis hingga harus dilakukan berkali-kali kebanyakan karena faktor dari si penderitanya sendiri," ujar Dr Agus.
Kegagalan itu bisa diakibatkan karena beberapa faktor antara lain:
- Tidak adanya perawatan pasca operasi
- Pengobatan pada penderita alergi yang kurang baik
- Penghindaran terhadap faktor-faktor pencetus,-- seperti debu di ruangan dan kain atau ruangan yang dingin--, yang tidak dilakukan dengan baik.
Maka itu kata Dr Agus, diagnosa pasien sinusitis harus dilakukan dengan baik agar tindakan yang dilakukan tepat. Jika dilakukan operasi harus dibarengi dengan penanganan pasca operasi.
"Jika hal-hal tersebut dipahami dan dijalankan dengan baik tentunya pasien tidak akan mengalami operasi hingga berkali-kali," katanya.
Dr Agus mengatakan operasi hanya dilakukan apabila:
1. Terapi dengan menggunakan obat-obat medis gagal
2. Sudah cukup parah dan menyebabkan komplikasi ke mata (kebutaan), otak (abses otak atau penumpukan nanah di otak), telinga (radang telinga), tenggorokan dan bronkitis.
3. Adanya perubahan struktur hidung yang membuat hidung tersumbat
4. Pada sinusitis kronik yang menimbulkan kista
Sinusitis sendiri disebabkan oleh tiga hal:
1. Adanya sumbatan pada rongga sinus.
Hal ini bisa disebabkan karena kelainan anatomi seperti hidung yang terlalu bengkok, adanya polip karena sel yang membengkak, konka terlalu besar atau tonjolan tulang pada rongga hidung, atau tumor rongga hidung. Penyumbatan ini memudahkan kuman untuk tumbuh dan berkembang yang akhirnya menyebabkan sinusitis.
2. Lendir hidung yang terlau kental, bisa disebabkan karena obat-obatan
3. Sistem pembersihan rongga hidung mengalami kerusakan, yang juga bisa disebabkan karena obat.
Infeksi sinusitis adalah penyakit yang serius. Infeksi sinus bisa menyebabkan beberapa gejala seperti suara sengau, batuk dan demam yang berkepanjangan. Pada kasus yang lebih serius, bisa tumbuh polip.
Studi yang dimuat dalam The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery menemukan bahwa infeksi sinusitis lebih banyak dialami wanita ketimbang pria.
Seperti dikutip health, kebanyakan penyebabnya adalah adanya bakteri yang berkembang dalam sinusnya, yaitu di bagian belakang hidung, mata, dan tulang pipi. Sinus sendiri merupakan rongga kosong dalam tulang tengkorak kepala (pada daerah sekitar hidung) yang berisi udara.
Udara dingin dan alergi akan memperparah infeksi karena menyebabkan membran selaput lendir di bagian sinus membengkak. Hal itu membuat jalannya ingus terhambat dan terjebak di dalamnya, yang kemudian membuat bakteri berkembang di daerah itu. Akibatnya, rasa sakit di bagian kepala dan wajah pun akan terasa.
Antibiotik mungkin bisa menghilangkan infeksi sinus oleh bakteri, tapi jika yang menyerang adalah virus, antibiotik tidak akan berguna.
Mereka yang berisiko terkena sinus adalah yang sering terkena flu, infeksi pernafasan oleh bakteri atau virus, patah hidung, adanya polip di bagian hidung.
Faktor lainnya seperti merokok, polusi air, pemakaian obat decongestant (obat menghilangkan hidung mampet), udara dingin, penyelam, penerbang dan berenang di air yang terkontaminasi.
Studi terakhir yang dimuat dalam jurnal The American Medical Association, antibiotik ternyata diketahui tidak efektif dan tidak mengenai sasaran. Para pakar pun merekomendasikan pendekatan lain seperti menggunakan ibuprofen atau menghirup uap panas dengan menggunakan air garam.
health.detik.com
0 comments:
Post a Comment