Ada dua orang pelancong asal Swiss yg melakukan pendakian di sebuah gunung. Saat pulang, mereka menumpang sebuah mobil rombeng. Jalannya tersendat-sendat karena mesin tuanya.
Sepanjang jalan, pelancong pertama sibuk mencemaskan kondisi mobil. Ia terperangkap rasa kuatir kalau mobil itu mogok di tengah jalan. Ia kuatir kalau bensinnya habis dan tidak ada pom bensin di sana.
Sementara, pelancong kedua tampak santai-santai saja. Ia begitu menikmati pemandangan indah bukit-bukit di negeri cokelat itu. Bukit-bukit yg pucuknya dihiasi salju putih. Beberapa kali ia mengabadikan keindahan itu dengan kamera pocketnya. Setelah satu jam berlalu, akhirnya mobil uzur itupun tiba di kota yg dituju.
“Koq kamu sempat-sempatnya ambil gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?,” tanya pelancong pertama.
“Apa yang perlu dicemaskan? Seandainya ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Aku suka dengan perjalanan tadi,” kata pelancong kedua.
Kisah ini menolong kita untuk memahami bagaimana seringkali kekuatiran membuat kita kehilangan banyak hal yg berharga. Lebih buruknya lagi, seringkali kekuatiran itu tidak terbukti separah yg kita kuatirkan atau malah tidak terbukti sama sekali.
“Kekuatiran tidak akan menambah sejengkalpun panjang usia kita.”
Banyak orang hidup dalam kekuatiran dan cemas mengenai apa yg belum terjadi. Orang sering takut dan tidak tahu apa yg ia takuti. Akhirnya, orang yg seperti ini tidak akan menikmati kehidupan.
Kebahagiaan hidup hanya menjadi milik orang-orang yg mampu menikmatinya dengan penuh syukur.
JAM KEHIDUPAN hanya sekali berputar. Ada menit yg harus dilalui dengan MANIS, ada pula menit yg harus dilalui dengan PAHIT. Jalanilah setiap DETIK dengan IMAN dan KASIH kepada TUHAN agar kita menjadi lebih BIJAKSANA dalam menjalani kehidupan ini.
0 comments:
Post a Comment