skip to main |
skip to sidebar
Beberapa
tahun setelah saya lahir, ayah saya bertemu dengan pendatang yang masih
baru di kota kecil kami. Sejak awal, ayah amat terpesona dengan
pendatang baru yang memikat ini dan dia mengundangnya untuk tinggal
dalam keluarga kami. Orang asing ini dengan cepat diterima dan terus
bersama kami sejak saat itu.
Saat saya semakin besar, saya
tidak pernah mempertanyakan posisinya dalam keluarga saya. Dalam
pikiran saya saat itu, dia adalah keluarga khusus.
Orangtua
saya saling mengisi sebagai pengajar. Ibu mengajarkan kepada saya apa
yang baik dan apa yang buruk, dan ayah membimbing saya untuk patuh.
Tetapi orang asing ini ... dia adalah penutur cerita. Dia dapat membuat
kami terpesona selama berjam-jam dengan kisah petualangan, misteri, dan
komedi.
Bila saya ingin tahu apa pun mengenai politik,
sejarah, atau ilmu pengetahuan, dia selalu mengetahui jawaban mengenai
masa lalu, memahami apa yang terjadi sekarang, dan bahkan tampaknya
dapat meramalkan apa yang akan terjadi! Dia membawa keluarga kami
menyaksikan pertandingan sepakbola yang seru. Dia membuat saya tertawa,
dia dapat pula membuat saya menangis. Dia tidak pernah berhenti
berbicara, tetapi ayah tampaknya tidak keberatan.
Kadang-kadang, diam-diam ibu bangkit dari duduk dan berjalan ke dapur
mencari tempat yang tenang, sedangkan kami saling mengingatkan untuk
diam dan mendengarkan apa yang dikatakannya. Mungkin ibu berdoa agar
dia pergi.
Ayah membuat aturan moral dalam rumah, tetapi dia
tidak mematuhinya. Kami tidak boleh mengumpat dalam rumah, teman dan
tamu juga pasti diingatkan. Tetapi pendatang ini dapat berkata-kata
tidak senonoh, yang dapat membuat kami malu. Dia tidak ragu-ragu
membuka aib, menceritakan perselingkuhan, perceraian, perseteruan,
tindak kekerasan, dan permusuhan dari banyak orang. Kadang-kadang dia
menganggap kami seakan-akan orang bodoh dengan cerita yang tidak masuk
akal. Walaupun berulang kali nilai-nilai yang dikemukakannya berlawanan
dengan keyakinan orangtua saya, tetapi dia jarang diomeli. ... Dan dia
TIDAK PERNAH diusir dari rumah kami.
Lebih dari empat puluh
tahun berlalu sejak dia masuk ke rumah kami. Dia sudah menyatu dan
sekarang dia sudah tidak demikian memikat seperti di masa lalu. Akan
tetapi, dia masih ada di rumah orangtua saya, duduk di tempatnya
menunggu orang yang mau mendengarnya berbicara dan melihat dia
menampilkan gambar.
Namanya? ... Kami menyebutnya TV.
Sekitar 15 tahun yang lalu dia punya istri, kami menyebutnya ‘Komputer’.
Anak pertama mereka adalah “Telepon Seluler”. Anak kedua “I Pod”.
Belum lama berselang lahirlah cucu mereka: “IPAD”. Ada juga sepupu
mereka yang disebut “Blackberry”.
Bagian yang menakutkan dari
cerita ini adalah mereka amat subur dan periode “kehamilan”-nya semakin
lama semakin pendek! Selain itu daya pikat generasi baru ini jauh
lebih besar dibandingkan dengan pendahulunya. Ukuran yang kecil dapat
dibawa ke mana-mana, kemampuan menampilkan gambar lebih dapat dipilih,
pilihan gambar dan video (dan game!) jauh lebih banyak dan mempesona.
Akibatnya mereka mendekatkan yang jauh, tapi MENJAUHKAN YANG DEKAT.
Catatan: Setiap rumah tangga perlu membaca ini!
Diterjemahkan dan diedit dari artikel berjudul Stranger kiriman MLT
Salam,
Alexander Sindoro
Don’t learn safety by accident!
0 comments:
Post a Comment