Pilihan kemudian jatuh untuk membeli buku karangan CJ. Sama juga dengan harga seminarnya, harga buku CJ tergolong lumayan mahal, 150 ribu untuk buku motivasi dan strategi “beli property tanpa modal tanpa utang”. Sebelum beli bukunya, saya ingin mencari tahu lebih dulu, review dari buku tersebut. Sukurlah, setelah gugling kesana kemari, ada beberapa testimoni yang mengatakan kecewa pada isi buku tersebut.
Bukannya berisi strategi penuh, isi buku sebagian besar didominasi testimonial (entah beneran atau hanya karangan) serta berbagai alasan yang mengajak pembaca untuk mengikuti seminarnya, dimana disana dijanjikan bakal diberi jurus-jurus sakti yang tidak terungkap dalam bukunya. Batal pula niat beli bukunya.
Tak putus asa, langkah terakhir saya adalah bertanya pada sang dewa Google. Apa benar ada cara untuk “beli property tanpa modal tanpa utang? Yang disajikan pertama oleh dewa gugel hanya berbagai blog yang isinya memuji kejeniusan CJ, serta beragam blog lain yang bertestimoni setelah mengikuti seminar CJ. Sampai halaman ke 5 mesin pencari gugel, akhirnya saya dapatkan informasi yang berharga dari sebuah forum.
Informasi tersebut mengabarkan, bahwa apa yang disajikan dalam seminar-seminar property, secara teori memang bisa, dan tidak ada salahnya. Tapi, secara praktek dan realistisnya, akan sangat sulit. Sebagai contoh: dalam seminar CJ, diajukan teori membeli (memiliki) property tanpa modal tanpa utang, dengan cara “media spot/advertising spot”. Teori ini mengatakan, milikilah property dengan cara menawarkan pada perusahaan media untuk memasang titik iklan di lahan/area yang kita incar/kita inginkan.
Ilustrasinya sebagai berikut:
1. Sebutlah ada properti A, berupa bangunan ruko 4
lantai, di daerah yang sangat strategis, ukuran tanah: 100m2, ukuran
bangunan 400m2.
2. Ruko A ini dijual dengan harga katakanlah 5M.
3. Anda segera mencari info dan menawarkan
perusahaan advertising yang mau pasang iklan billboard besar di depan
ruko (nempel di dinding depan ruko)
Katakanlah anda berhasil mendapat kontrak dari
firma advertising, pasang billboard di ruko A selama 20 tahun, nilai per
tahun 200jt.
4. Anda menyewakan lantai 1 ruko untuk supermarket (minimart) nilai sewa 10 tahun seharga 80 juta per tahun.
5. Anda menyewakan lantai 2-4 untuk perkantoran. Masing-masing nilai
sewanya 30 juta per tahun, selama masa kontrak 5 tahun juga misalnya.Setelah dapat dan bisa terealisasi, mari dihitung pendapatannya:
Penghasilan dari billboard: 200 juta x 20 tahun = 4 Milyar
Sewa lantai 1 : 80 juta x 10 tahun = 800 juta
Sewa lantai 2,3&4 : 3 x 30 juta x 5 tahun = 450 juta
Total pendapatan: Rp. 5.250.000.000
Ingat, harga ruko tadi 5 milyar. Jadi intinya
anda dapat ruko itu gratis kan? Malah masih ada sisa 250 juta (dengan
mengabaikan biaya notaris, jual beli, renovasi, dll).
Logis? Sangat logis!, tapi, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
a. Yang jual ruko itu harus bener-benar bodoh. Dia tidak punya ide sama sekali mengenai potensi rukonya sendiri.
b. Anda harus mendapat firma advertising yang bodoh
juga. Kenapa mau bayar mahal billboard kalo dia bisa beli ruko itu
sendiri dengan selisih harga yang tipis.
c. Anda harus mampu menemukan 3 perusahaan yang
relatif bodoh pula, mau sewa 1 lantai kantor dengan harga yang relatif
tidak murah.
d. Anda harus sangat-sangat beruntung, lebih cepat dari pesaing-pesaing lain yang menemukan potensi dari ruko ini.
Lantas, bagaimana dengan kemungkinan dari syarat dan ketentuan ini?
kemungkinan a: 1:100.000
kemungkinan b: 1:10.000
kemungkinan c: 1:1.000
kemungkinan d: 1:1.000
kita total semuanya: 1:1.000.000.000.000.000 !!!
Ok lah anda tidak perlu point b dan c, jadi cukup laku sewa billboardnya saja:
Tetap saja kemungkinannya: 1:100.000.000 !!!
Teori lain dalam seminar property mengatakan,
untuk bisa memiliki rumah tanpa modal tanpa utang, bertindaklah sebagai
agen property dulu, dengan cara-cara seperti berikut:
Langkah pertama
Jika ada rumah dijual, kepada PENJUAL RUMAH
usahakan anda bisa mendapatkan fotokopi sertifikat minimum, ulur tanda
jadi dan DP dengan alasan “butuh waktu untuk kumpulin DP” . Buatkan
komitmen di atas surat bahwa kita sudah setuju membeli property nya
dengan harga XXX.
Langkah kedua
Iklankan rumah tersebut sebisa mungkin. Naikkan
harga rumah semaksimal mungkin pula (tapi ingat, harga harus sesuai
dengan kondisi). Dalam iklan tersebut, tawarkan apa saja dengan
kata-kata yang menarik dan bombastis. Misal, passive income dari sewa,
harga naik sebelum lebaran, dll dll.. sampai ada yang setuju dengan
harga lebih tinggi yang kita ajukan. DP atau KPR hasil dari PEMBELI kita
oper ke PENJUAL (bukan DP ato KPR uang kita, ini maksudnya)
Langkah ketiga
Pakailah jasa notaris, biar mulus. Dengan
perjanjian seperti, PEMBELI RUMAH bayar ke kita lalu kita bayar ke
PENJUAL, atau PEMBELI bayar ke PENJUAL, lalu ada perjanjian ‘kelebihan
KPR’ transfer ke kita.
Mudah bukan? Sekali lagi, secara teori. Tapi, dalam kenyataan, anda akan menemui syarat-syarat dan ketentuan seperti berikut:
Syarat pertama
PENJUAL RUMAH harus bodoh dan mudah ditipu. Jaman
gini siapa yang mau begitu saja menyerahkan fotokopi sertifikat? Kecuali
si Penjual Rumah itu orang yang sudah anda kenal baik, misal kerabat,
sahabat atau rekan kerja yang bisa anda yakinkan bahwa anda serius ingin
membeli atau mencarikan orang (jasa makelar) yang ingin membeli rumah.
Syarat kedua
PEMBELI RUMAH juga harus bodoh dan mudah ditipu.
Jika bisa membeli langsung pada si pemilik rumah dengan harga lebih
murah, mengapa harus membeli lewat perantara dengan harga lebih mahal?
Kecuali kalau perantara tersebut memang berasal dari pihak penjual,
dimana si perantara mendapat komisi dari penjual rumah.
Jadi, pada intinya tak ada yang bisa membeli property tanpa modal tanpa uang. Lantas, mengapa seminar-seminar semacam itu kian marak? Hal ini tak lepas dari jelinya pembicara seminar yang melihat potensi bisnis bidang property yang semakin menjamur. Serta kondisi psikologis sebagian besar masyarakat Indonesia, yang lebih mudah tergiur dengan setiap kemudahan. Lagipula, siapa sih yang tak mau dan tak ingin memiliki property? Apalagi dengan embel-embel “tanpa modal tanpa utang”.
Sampai saat ini pun, masih ada satu pertanyaan yang
mengganjal di benak saya. Jika memang pembicara seminar itu berhasil
dengan cara dan strateginya sendiri, lantas mengapa dia tidak masuk saja
dalam bisnis property? Kalau memang jurus-jurusnya manjur dan sangat
sakti, bsudah berapa banyak property yang dia miliki? Apakah dia sudah
sehebat Ciputra atau James Riadi? Mengapa malah sibuk mengisi seminar
kesana kemari?
Kesimpulan terakhir,
1. Pembicara seminar property sepertinya membeli
property memang dengan uang orang-orang yang ikut seminar. Jadi bukan
dengan uangnya sendiri secara langsung.
2. Sebagian besar teori memang sengaja dibuat
masuk akal, tapi sulit menemukan keadaan seperti yang dijabarkan bila
dipraktekkan di dunia nyata.
3. Pembicara juga tahu yang berhasil pasti cuma
di angka 1-5%, karena itu ada kelas tambahan yang pasti harus bayar
lagii. Dan itu bukan support tapi ‘tehnik menyedot uang’ yang diperhalus
kata-katanya.
4. Pembicara juga tahu pasti banyak juga yang
tidak akan mempraktekkannya. Jadi mereka takut ada yang komplain soal
tehniknya. Kalaupun ada yang mengatakan sudah praktek dan tidak
berhasil, pembicara selalu bisa berkelit dengan mengatakan “kurang
fokus, kurang kerja keras, anda kurang beruntung, coba sekali lagi,
dll”. Selain itu, diawal seminar, pembicara sudah langsung
menakut-nakuti peserta dengan berbagai tuntutan hukum bila menyebarkan
ilmu dari seminar tersebut.
5. Teori-teori yang dijelaskan itu semua gratisan,
yang tidak gratis adalah ilmu orang-orang yang ‘benar-benar berhasil’
dan itu tidak akan pernah dijual. Pernahkah anda menjumpai pendiri
J&Co berbagi resep roti? Pernahkah anda mendengar Ciputra atau James
Riady berbagi cara bagaimana melonjakkan bisnis propertinya?
6. Ini nyata, sebagian besar ilmu yang
dibagikan cuma terjemahan versi bahasa asing karena rata-rata orang kita
itu hanya sekedar ‘penerjemah’ bukan penemu.
7. Bukti-bukti dan semua testimonial itu semua
bisa dibuat (gampang lagi buatnya), bahkan bukti ‘nyata’ semisal ‘ini
rumah yang saya caplok’ pun bisa dibuat.
Tapi, meski ada begitu banyak pembodohan dari seminar property ini, ada satu hal yang saya kagumi dari CJ. Yakni kemampuannya menciptakan tagline untuk pemasaran seminarnya, “BELI PROPERTY TANPA UANG TANPA UTANG”.
0 comments:
Post a Comment